Pada usia dini, sangatlah penting, anak-anak mendapatkan pendidikan watak yang tepat guna untuk hidupnya, baik dimasa kanak-kanak maupun setelah dewasa. Orang tua dan pendidik hendaknya tidak bosan untuk selalu memberikan nasihat, teladan, ruang pilihan , kesempatan untuk mengambil keputusan, keleluasaan bagi anak-anak untuk meneladan, mengikuti dan menilai baik dan buruk, benar dan salah suatu sikap atau perbuatan.
Pembinaan watak tidak sekedar pembelajaran mengetahui tentang yang baik dan buruk, tentang sikap benar dan salah, tetapi merupakan proses pelatihan pembiasaan terus menerus tentang sikap benar dan baik, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Karena pada usia dini, anak merupakan "peniru ulung" dan sekaligus "pembelajar ulet", maka pembiasaan dan pembinaan watak perlu dumlai sejak usia dini. Ada berbagai macam cara atau pendekatan pembinaan watak pada usia dini, berikut ini saya sampaikan beberapat hal yang pokok.
Menentukan Tujuan Pembinaan
Orang tua dan pendidik hendaknya telah memiliki seperangkat etika/kebiasaan baik dan benar yang ingin dimiliki oleh anak-anak, sebelum mengadakan pendidikan dan pembinaan watak kepada mereka. Watak kepribadian ayng seperti apa yang ingin dilatihkan dan dikembangkan? Bagaimana mereka berteman atau sikap social macam apa yang hendak kita bangun diantara mereka? Pengalaman dan kegiatan apa yang hendak kita berikan untuk melatih mereka agar mereka memiliki etika dan moral yang baik, sesuai dengan usianya? Selain hal-hal teknis ini, yang paling penting sebenarnya adalah nilai dan sikap moral serta etika dari orang tua dan pendidik sendiri. Nilai moral dan etika apa yang kita miliki yang hendak kita transferkan kepada anak-anak. Ingatlah bahwa seorang pendidik (dan juga orang tua) tidak hanya bertugas untuk mentransferkan ilmu pengetahuan, tetapi juga mentransferkan nilai-nilai baik kepada anak-anak.
Orang tua dan pendidik hendaknya telah memiliki seperangkat etika/kebiasaan baik dan benar yang ingin dimiliki oleh anak-anak, sebelum mengadakan pendidikan dan pembinaan watak kepada mereka. Watak kepribadian ayng seperti apa yang ingin dilatihkan dan dikembangkan? Bagaimana mereka berteman atau sikap social macam apa yang hendak kita bangun diantara mereka? Pengalaman dan kegiatan apa yang hendak kita berikan untuk melatih mereka agar mereka memiliki etika dan moral yang baik, sesuai dengan usianya? Selain hal-hal teknis ini, yang paling penting sebenarnya adalah nilai dan sikap moral serta etika dari orang tua dan pendidik sendiri. Nilai moral dan etika apa yang kita miliki yang hendak kita transferkan kepada anak-anak. Ingatlah bahwa seorang pendidik (dan juga orang tua) tidak hanya bertugas untuk mentransferkan ilmu pengetahuan, tetapi juga mentransferkan nilai-nilai baik kepada anak-anak.
Potret model pendampingan dari orang tua / pendidik dan nilai-nilai mereka akan menentukan tujuan pendampingan dan pengembangan watak anak-anak dan melaksanakan nilai-nilai an gdiyakini baik dan benar yang diperoleh dari orang tua dan pendidiknya terdahulu, yang kemudian menjadi nilai-nilai yang dihargai dan diyakini karena bermakna dalam hidup.
Cara yang baik untuk menolong anak-anak agar anak-anak dapat memiliki watak yang baik sesuai dengan harapan kita, antara lain adalah: Pertama, sadarilah bahwa nilai-nilai merupakan dasar dari semua tingkah laku yang etis. Kedua, temukan nilai-nilai yang sangat penting bagi kita dan ciptakan suatu pengalaman bagi anak untuk dapat menilai bahwa nilai-nilai itu baik dan bermakna dengan memberikan penguatan dan peneguhan jika mereka melakukannya. Ketiga, selalu berikan ganjaran dan dukungan secara positif kepada anak-anak jika anak-anak melakukan sesuatu berdasar nilai-nilai yang kita ajarkan. Keempat, berikan kepada anak-anak waktu, perhatian dan tuntunan yang dapat dilihat untukmelaksanakan nilai-nilai yang kita ajarkan. Kelima, ciptakan suatu kesempatan agar anak-anak dapat melakukan pilihan atau keputusan yang bermakna bagi diri mereka sendiri. Dan keenam, hayatilah hidup kita sebagai rang dewasa seperti yang kita harapkan akan dihayati oleh anak-anak kita.
Jadilah Teladan Moral bagi Anak-anak
Ada pepatah mengatakan bahwa "Anak-anak tidak pernah menjadi pendengar yan gbaik bagi orang tuanya, tetapi mereka dapat menjadi peniru ulung bagi orang tuanya". Anak-anak pada usia dini belajar melalui melihat apa yang ada dan terjadi di sekitarnya, bukan lewat mendengarkan nasihat atau kotbah kita. Nilai yang kita ajarkan kepada merela melalui kata-kata, hanya sedikit yang mereka lakukan, sedangkan nilai yan gkita ajarkan melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. Apa yang kita kerjakan, apa yang kita lakukan, perilaku kita merupakan pendidikan watak yang terjadi setiap hari, dari pagi sampai malam.
Ada pepatah mengatakan bahwa "Anak-anak tidak pernah menjadi pendengar yan gbaik bagi orang tuanya, tetapi mereka dapat menjadi peniru ulung bagi orang tuanya". Anak-anak pada usia dini belajar melalui melihat apa yang ada dan terjadi di sekitarnya, bukan lewat mendengarkan nasihat atau kotbah kita. Nilai yang kita ajarkan kepada merela melalui kata-kata, hanya sedikit yang mereka lakukan, sedangkan nilai yan gkita ajarkan melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. Apa yang kita kerjakan, apa yang kita lakukan, perilaku kita merupakan pendidikan watak yang terjadi setiap hari, dari pagi sampai malam.
Menjadi model pelaksana moral bagi anak-anak bukan suatu pilihan bebas, tetapi merupakan suatu keharusan yang tak terelakkan sebagai orang tua / pendidik. Ini adalah kenyataan hidup. Kita menjadi teladan mereka setiap hari, oleh karena itu kita hendaknya berhati-hati dalam berkata-kata, bersikap dan bertingkah laku di hadapan anak-anak. Kita belajar mengenai moral dan etika melalui keteladanan orang tua, pendidik, tokoh masyarakt dan juga orang-oran gdewasa di sekitar kita. Ini tidak berarti bahwa pengajaran moral dan etika melalui kata-kata tidak penting. Tetapi yang paling banyak mempengaruhi perilaku moral dan etis anak-anak adalah keteladanan disbanding dengan petuah dan nasihat. Kita dapat membandingkan dengan "Piramida Pengaruh". Pada piramida pengaruh ini dinyatakan bahwa nadihat dan kata-kata hanya memiliki pengaruh kecil pada seseorang. Sedangkan relasi dan komunikasi memiliki pengaruh yang lumayan, pengaruh terbesar terjadi jikalau diberikan melalui keteladanan, contoh dan dibarengi adanya relasi dan komunikasi yang baik serta kata-kata yang selalu diingat berulang-ulang.
Harapan yang Realistik
Seringkali karena ketidaktahuan orang tua / pendidik akan tahap-tahap perkembangan moral anak-anak, mereka mencanangkan harapan yang tidak realistic, tidak sesuai dengan kemampuan dan tahap perkembangannya. Menurut Lawrence Kohlberg disebutkan bahwa tahap prakonvensional terjadi pada anak-anak TK sampai kelas tiga Sekolah Dasar. Pada tahap ini kesadaran moral yang muncul adalah orientasi hukuman dan ketaatan, akibat fisik yang dialami belum sampai pada arti dan nilai manusiawinya dan orientasi hedonis (mencari kenikmatan dan menghindari penderitaan) untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Pada masa ini penanaman nilai budi pekerti harus dimulai dengan latihan yang kongkrit, sederhana, mudah dilakukan dan tidak menimbulkan perasaan takut, malu, khawatir dan perasaan bersalah.
Seringkali karena ketidaktahuan orang tua / pendidik akan tahap-tahap perkembangan moral anak-anak, mereka mencanangkan harapan yang tidak realistic, tidak sesuai dengan kemampuan dan tahap perkembangannya. Menurut Lawrence Kohlberg disebutkan bahwa tahap prakonvensional terjadi pada anak-anak TK sampai kelas tiga Sekolah Dasar. Pada tahap ini kesadaran moral yang muncul adalah orientasi hukuman dan ketaatan, akibat fisik yang dialami belum sampai pada arti dan nilai manusiawinya dan orientasi hedonis (mencari kenikmatan dan menghindari penderitaan) untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Pada masa ini penanaman nilai budi pekerti harus dimulai dengan latihan yang kongkrit, sederhana, mudah dilakukan dan tidak menimbulkan perasaan takut, malu, khawatir dan perasaan bersalah.
Pada tahap ini, anak-anak menuruti atau mentaati peraturan hanya karena ingin lepas dari "persoalan" dengan orang tua, sebagai pihak yang kuat dan penuh kuasa serta tahu segalanya, sedangkan anak-anak sebagai pihak yang tak berdaya dan lemah serta tidak tahu apa-apa. Motivasi mereka melakukan yang baik hanya supaya tidak terkena hukuman, supaya tidak ada persoalan dalam relasinya dengan orang tuanya. Anak-anak usia empat sampai lima tahun tidak dapat dituntut untuk melakukan sesuatu yang diluar motivasi ini. Mereka tidak tahu alasannya apa dibuat suatu peraturan tertentu, mereka tidak tahu bahwa dalam masyarakat diperlukan seperangkat aturan untuk menjaga ketentraman dan keamanan. Mereka hanya tahu bahwa aturan dipaksakan kepada mereka oleh suatu kekuatan yang besar dari orang tua atau oleh kakaknya agar mereka tetap menjadi orang berkuasa dan kuat serta dapat mengaturnya. Anak-anak pada usia ini tidak dapat membatinkan mengenai nilai-nilai sebagai prinsip yang mendasar. Nilai budi pekerti diterima dalam suatu mekanisme "hanya ada satu jalan". Anak-anak dikontrol dan dikendalikan oleh orang tua, adik diawasi oleh kakak, siswa dikuasai oleh guru, yang lemah dikuasai oleh yang kuat. Dalam hal ini tidak ada "memberi dan menerima".
Tunjukkan Cinta yang Tanpa Syarat
Anak-anak usia dini akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam pergaulan social secara sehat, jikalau memperoleh pengalaman bahwa diri mereka berharga, berkemampuan, berpotensi dan pantas dicintai. Hanya oran gtua yang memiliki kemampuan tulus untuk mencintai anak-anaknya tanpa syarat. Memberikan cinta tanpa syarat kepada anak-anak merupakan anugerah yang tiada duanya bagi pertumbuhan anak-anak. Anak akan memiliki perasaan aman, nyaman dan harga diri yang baik, bukan karena bagaimana orang tua mencintainya tetapi bagaimana ia merasakan dan mengalami dicintai. Oleh karena itu penting sekali pada masa ini bahwa anak-anakmengalami dan merasakan kasih sayang orang tua dengan cinta tanpa syarat. Dengan setiap hari mengalami dan merasakan dicintai oleh oran gtua / pendidik, anak-anak akan semakin yakin bahwa dirinya dicintai dan memang pantas dicintai.
Anak-anak usia dini akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam pergaulan social secara sehat, jikalau memperoleh pengalaman bahwa diri mereka berharga, berkemampuan, berpotensi dan pantas dicintai. Hanya oran gtua yang memiliki kemampuan tulus untuk mencintai anak-anaknya tanpa syarat. Memberikan cinta tanpa syarat kepada anak-anak merupakan anugerah yang tiada duanya bagi pertumbuhan anak-anak. Anak akan memiliki perasaan aman, nyaman dan harga diri yang baik, bukan karena bagaimana orang tua mencintainya tetapi bagaimana ia merasakan dan mengalami dicintai. Oleh karena itu penting sekali pada masa ini bahwa anak-anakmengalami dan merasakan kasih sayang orang tua dengan cinta tanpa syarat. Dengan setiap hari mengalami dan merasakan dicintai oleh oran gtua / pendidik, anak-anak akan semakin yakin bahwa dirinya dicintai dan memang pantas dicintai.
Setiap anak membutuhkan perhatian, sapaan, penghargaan secara positif dan cinta tanpa syarat untuk mengembangkan dirinya yang berharga. Berdasarkan modal ini mereka juga akan mampu memandang dan memperlakukan orang lain dengan cinta dan perhatian, memperlakukan orang lain secara etis. Anak akan memandang teman-temannya juga pantas dihargai, dicintai, dan diperhatikan seperti dirinya.
Menunjukkan cinta tanpa syarat tidak berarti bahwa orang tua tidak boleh menegur tindakan negatif anak. Orang tua tetap harus menegur dan memberikan sanksi terhadap pelanggaran atau perbuatan negatif anak. Hanya, orang tua harus membedakan antara perbuatan yang dilakukan dengan pribadi anak itu sendiri. Bukan anak itu yang membuat kita marah, tetapi salah satu perbuatannya. Kita dengan sabar menunjukkan kesalahan sikap atau perbuatannya tetapi sekaligus kita tetap menyayanginya sebagai anak. Cinta tanpa syarat itu berpusat pada kepribadian anak, sedangkan pendisiplinan tiu terfokus pada perilaku dan sikap anak saja.
Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa cinta kita kepada anak-anak adalah cinta tanpa syarat? Pertama, tunjukkan cinta tanpa syarat kita dengan menciumnya, merangkulnya, membopongnya, mendekapnya, dan kata-kata yang positif. Kedua, dasarkan cinta kita pada siapakah dia bukan pada apa yang dia perbuat saja. Ketiga, tunjukkan rasa penerimaan dan pengalaman didukung secara positif setiap hari. Keempat, cari kesempatan yang tepat untuk menghargai perilaku positif mereka. Dan kelima, tegur perilaku negatif mereka, sekaligus tunjukkan bahwa cinta kita tidak berdasarkan pada perilaku mereka.
Sokonglah harga Diri Anak
Anak-anak yang hidup dalam suatu keluarga dengan harga diri yang cukup positif akan lebih mengalami dihargai, dicintai, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri yang kuat disbanding dengan anak-anak yang tinggal dalam suatu keluarga dengan harga diri yang cukup negatif. Keluarga dengan harga diri rendah biasanya gampang menghakimi, menghukum, menyalahkan anak-anak. Sedangkan anak-anak yang berada dalam keluarga dengan harga diri yang positif akan merasa diterima, dicintai dan diperhatikan. Keluarga ini biasanya bercirikan keluarga demokratis baik dalam suasana maupun dalam praktik sehari-hari.
Anak-anak yang hidup dalam suatu keluarga dengan harga diri yang cukup positif akan lebih mengalami dihargai, dicintai, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri yang kuat disbanding dengan anak-anak yang tinggal dalam suatu keluarga dengan harga diri yang cukup negatif. Keluarga dengan harga diri rendah biasanya gampang menghakimi, menghukum, menyalahkan anak-anak. Sedangkan anak-anak yang berada dalam keluarga dengan harga diri yang positif akan merasa diterima, dicintai dan diperhatikan. Keluarga ini biasanya bercirikan keluarga demokratis baik dalam suasana maupun dalam praktik sehari-hari.
Bagaimana caranya untuk mengembangkan harga diri yang positif pada anak-anak? Sadarilah bahwa harga diri merupakan faktor yang sangat penting untuk menciptakan agar hidup lebih membahagiakan, bernilai dan bermakna. Kedua, milikilah harapan yang jelas dan konsisten mengenai sikap yang kita harapkan dari anak-anak. Ketiga, hormati dan hargai setiap pendapat dan gagasan anak-anak. Keempat, bantulah anak-anak untuk menghargai keunikannya. Serta kelima, berilah kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan dan menunjukkan kemampuan-kemampuannya.
Bagaimanapun juga anak-anak perlu mendapatkan pendidikan, pendampingan, pembelajaran sehingga mereka dapat mengembangkan kecerdasannya, perasaannya, keterampilannya dan juga wataknya. Dengan perkembangan yang utuh dan optimal akan menolong anak untuk dapat hidup bahagia dan sejahtera. Sekolah dan keluarga harus bahu membahu untuk pelaksanaan tugas ini.
sumber : http://e-smartschool.co.id