Ditjen PLS sudah merintis PAUD keluarga

Bagi banyak keluarga yang belum memperoleh kesempatan mengirim anaknya ke TK serta tempat penitipan anak (TPA) tidak perlu kecewa. Kini Ditjen PLS sudah merintis PAUD keluarga

Konsep ini tergolong baru. Karena itu, kata Ace Suryadi, pihaknya akan membuat pedoman umum yang berisi prinsip-prinsip mendidik anak dengan baik dan benar.
Kini PAUD berbasis keluarga masih dalah proses pengembangan konsep. Keluarga diharapkan mempunyai kemampuan mengembangkan prinsip-prinsip mendidik anak yang baik dan benar. Tahun 2008, PAUD berbasis keluarga akan dioperasikan dengan piloting di beberapa daerah. “Kami akan pelajari dan evaluasi,” kata Ace, dengan harapan ke depan masyarakat dapat berperan serta dan paham tentang konsep PAUD.

PAUD diyakini para pecetusnya dapat memacu peningkatan mutu pendidikan jangka panjang. Semakin banyak anak yang dilayani PAUD, semakin banyak anak yang memiliki kesiapan belajar. Jadi pada usia sekolah, anak siap untuk mencapai kompetensi yang lebih besar, baik akademik maupun nonakademik.
Konsep ini berangkat dari prinsip bahwa keluarga merupakan sarana pendidikan pertama dan utama untuk mendidik anak.
Prinsip PAUD melalui keluarga adalah bentuk pendidikan nonformal yang dapat mendorong kesiapan anak dalam proses belajar di usia sekolah.
PAUD itu sendiri merupakan upaya pembinaan anak sejak lahir sampai usia 6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Tujuannya agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Untuk meningkatkan mutu di jenjang PAUD, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia dan Pemerintah Belanda menyiapkan dana sekitar US$127,8 juta. Bank Dunia mengucurkan pinjaman lunak US$67,5 juta dan Pemerintah Belanda memberikan hibah US$25,3 juta.
Dana pendampingan pemerintah Indonesia pusat dan daerah US$34,94 juta. Sehingga totalnya US$127,8 juta. Dana ini akan disebarkan ke pelosok Indonesia, termasuk untuk pelatihan-pelatihan pengembangan konsep dasar sistem pengajaran PAUD sehingga dapat merata ke seluruh daerah.
Pelatihan ini meningkatkan kualitas pendidikan nonformal di aspek pendidikan usia dini, kata Dirjen PLS Ace Suryadi pada penyerahan sertifikasi kepada 32 orang peserta pelatihan Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) tingkat nasional (National Early Childhood Specialist Team/NEST).
Pada gilirannya berkembang kualitas pendidikan PAUD di seluruh Indonesia. Kualitas pendidikan anak usia dini ini diharapkan bisa memberikan lompatan yang besar bagi kualitas pendidikan nasional pada umumnya.
Direktur PAUD, Gutama mengakui dari jumlah dana akan dikucurkan dan ditangani secara holistik di 30 provinsi dan 50 kabupaten/kota. Semua titik, atanya, itu dipilih secara selektif dengan kriteria masih terisolir hingga yang peduli dengan PAUD.
Proyek ini dimulai sejak 2007- 2013. Pelatihan tahap pertama ini berlangsung selama 4 bulan untuk mengembangkan sistem pembelajaran yang holistik terpadu. Khususnya, di 50 kabupaten yang belum terjangkau PAUD. Harapannya, sekitar 740.000 anak-anak usia dini di wilayah tersebut bisa terlayani oleh pembelajaran PAUD yang ber-kualitas. Mereka yang mendapat pelatihan adalah masyarakat yang bergerak di bidang PAUD, Himpunan PAUD Indonedia, Forum PAUD seluruh Indonesia, Gu-ru PAUD, Guru TK-SD.
Tahun 2007 anggaran PAUD sebesar Rp. 221 mili-ar. Sedangkan untuk tahun 2006 men-capai Rp.109 miliar. Target yang dipatok ini merupakan tantangan bagi Direktorat PAUD dan mitra kerjanya, kalangan masyarakat yang pe-duli terhadap pendi-dikan anak di usia dini.
Kata Gutama, 2009 PAUD dapat melayani 53,9 persen atau 8 juta anak dari 28 juta anak. Tahun lalu terlayani 46 persen. Kini, PAUD menjadi salah satu prioritas departemen. Keberadaan PAUD yang relatif baru diperhitungkan di Indonesia dalam perluasan akses pendidikan. PAUD juga harus mampu mencapai semua kalangan, baik kalangan mampu dan tidak mampu.

Sumber: Web Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal